LPRS 1
Seperti biasa, seminggu sebelum lebaran, hampir setiap orang "Muslim" terutama kaum Hawa, akan selalu di sibukan dengan Diskon yang mengharuskan mereka pergi ke Mall. Kaum Adam (Suami, Pacar, dan Gebetan) akan selalu menjadi korban yang harus rela menemani dan menunggu proses pertarungan mendapatkan diskon terbaik hingga selesai.
Hari Raya Idul Fitri memang selalu semarak gegap-gempita oleh kesibukan yang biasa dilakukan oleh mereka dalam menyambut lebaran dan tentu dengan kegiatannya untuk mempersiapkan hari kemenangan, sebab tak lengkap jika tak memiliki busana baru saat Lebaran, dan di hari suci nanti. Berlomba lomba mencari pakaian terbaik walau harus merogoh kocek selangit sekalipun tak apa yang penting puas dan terlihat sempurna saat hari raya.
Padahal Suci itu semestinya dari hati bukan yang tampak oleh mata, pun kemenangan seharusnya teraplikasi dalam bentuk wujud syukur akan keberhasilan melawan dan menahan gejolak keinginan hawa nafsu selama sebulan lamanya. Sebab masih ada mereka yang sangat membutuhkan hanya untuk sekedar makan apa lagi pakaian. Mengapa tak sempurnakan kemenangan bersama mereka yang belum sepenuhnya menang dalam kehidupan?
Dan itulah aku dengan segala asumsi sederhanaku memaknai 'Suci' dalam tajuk Kembali kepada fitrahnya seorang insan di hari raya Idul Fitri.
Tiba-tiba, lamunanku teralihkan oleh dering smartphone yang berada tepat di sampingku. Di layar smartphone nama Bella menggodaku menunggu untuk segera diangkat, lalu ku angkat dan ku sapa ia di ujung telpon.
"Halo, Ngapo Bel?"
"Mar, Agek sore kito bukber be payo!". Bukanya
"Ayo, nak bukber di mano tapi?" Sambut ku
"Bukber dengan Adek-adek yang sering di jalanan tuna". Jelasnya
"Oh, jadi. Galak nian aku, tpi aku ngajak Vieri dan kawan2 laennyo dak apo yo". tawar ku
"Iyo dak apo, Kau nak ngajak wong sekampung dak apo. hahaha". tutupnya dg canda
Setelah ku tutup telpon dari Bella, aku langsung menghubungi Vieri yang kebetulan saat itu ia tak ada agenda apapun di sore hari sehingga ajakan ku dengan mudah ia setujui.
"Where are u bro?" Aku memulai
"At home, What happen bro?" Jawabnya.
"Agek sore galak ikut bukber samo adek-adek yang sering di jalan pas lampu merah, galak dak?" Ajakku
"Good idea, Yes I will bro. Samo siapo be kalu cuma kito beduo, sorry i can't" Jawabnya sambil meledek
"Kalo cuma beduo samo kau aku jugo dak galak. haha". kubalas ledekannya lalu ku tutup untuk memberitahukan "Ingat!! jam empat Versi Ausi yo jgn versi Indo". ku ledek si Vieri agar datang tepat waktu.
"Oke lah man cak tu. sampai agek yo".
"Ok bro". tutup ku
Ditempat yang telah di janjikan sebelumnya, aku dan Bella lebih dulu datang. Lima menit berselang Vieri datang dengan motor CB kesayangannya, sedang kulihat jam tanganku telah menunjukkan pukul 16.15 wib. Beruntun setelahnya, Bella dan Vieri dengan wajah gelisah mempertanyakan teman-teman yang lain mengapa belum juga menunjukkan tanda-tanda kehadirannya.
"Mar, Mano yang laen kok jam segini lom datang jugo?" Bella memulai
"Iyo yo, apo dak kau kasih tahu, Mar". Vieri menimpali
"Oh iyo, lupo aku ngasih tau samo kau Bel, kalo kawan-kawan yang laen lom pacak ikut berpartisipasi, soalnyo mereka la punyo agenda maseng-maseng hari ini". Tegasku
"Oh, yo dem man cak itu. langsung cus bae kito, agek takut keburu maghrib pulo nyampe kesano". Tutup Bella
Berhubung Kami hanya bertiga, maka kami putuskan memakai mobil Bella sementara motor Vieri masih tetap terparkir di depan kompi tempat kami bertemu. Mobil melaju perlahan di tengah ramainya lalu-lintas kota sore hari, butuh waktu hampir setengah jam untuk sekedar sampai ke warung nasi. Suasana jalanan sore hari di kota kecil ini biasanya tak terlalu riuh, hanya saja saat bulan puasa memang selalu padat oleh orang-orang yang mencari takjil untuk berbuka.
Nasi dan takjil telah terpesan, kami hanya perlu menunggu sambil berbincang tentang banyak hal di warung hanya sekadar untuk membunuh waktu. Kamipun terbawa suasana dan terpantik oleh diskusi kecil yang telah kami mulai sejak beberapa menit lalu. Hingga dapat ku simpulkan dari diskusi tersebut kurang lebihnya seperti ini :
Tentang pentingnya membangkitkan dan menumbuhkan kesadaran yang sering kali di lupakan oleh orang kebanyakan. tentang sistem pemerintahan misalkan, tidak berjalannya suatu sistem yang baik atau dengan semestinya di sebabkan kurangnya kesadaran orang-orang yang ada di dalamnya sehingga tak jarang menemui kegagalan yang berujung pada ketimpangan sosial. Sistem sering kali di ganti dengan sistem baru agar tercapainya tujuan suatu organisasi dalam hal ini pemerintahan. Kendati demikian, tetap saja apa yang di harapkan selalu menemui tantangan dan halangan entah itu korupsi, pungli dan lain-lain
Padahal, yang seharusnya di ubah adalah mindset para pelaku sistem dengan mengembalikan kesadaran yang mungkin telah usang karena sering dilupakan. Ilmu pengetahuan tentu penting, tapi kesadaran akan menentukan kesuksesan seseorang sebagai pribadi dalam kehidupan dan kemajuan bangsa akan di tentukan oleh masyarakat dengan kesadaran sehingga terciptalah tatanan sosial yang terhindar dari kesenjangan.
Lima puluh bungkus nasi dan takjil sudah siap untuk di bagikan. Aku, Bella dan Vieri segera melanjutkan perjalanan menuju lampu merah tempat biasa anak-anak jalanan berseliweran. Sesampainya di sana kami langsung membagikan nasi dan takjil dan setelahnya ku ajak mereka berkumpul dan berbagi cerita canda dan tawa sembari menanti adzan maghrib tiba.
Lembayung senja terlihat merona di kaki langit kota kecil itu, kota dengan beribu makna dan sejuta kisah yang ada di dalamnya. Tepat pukul 18.11 waktunya berbuka di tandai dengan suara adzan berkumandang dan bersahutan mengudara di antara deru angin yang semilirnya membawa terbang semua angan dan ingin.
Dengan lahap, mereka menghabiskan makanan yang tersaji di depan mereka, keceriaan nampak pada wajah dan terlihat senyum dari bibir mereka. Sungguh betapa bahagia rasanya bisa berbagi di bulan yang penuh berkah, dalam hati bergumam "Terima kasih tuhan, masih di beri kesempatan untuk berbagi pada mereka yang membutuhkan". Makan telah habis, saatnya mereka kembali dengan kesibukannya pun dengan kami yang harus pulang, rasanya ingin berlama-lama dengan mereka tapi apa daya waktu selalu menjadi pembatas setiap keinginan.
Di perjalanan pulang, kami membawa kebahagian masing-masing dan dengan kesannya tersendiri, dari balik kaca mobil kulihat remang lampu dengan indahnya, ia seolah melambai pertanda merestui apa yang telah kami lakukan. Hari ini begitu banyak makna yang kudapat dari ajakan Bella yang terkadang sering membuat kejutan-kejutan penuh makna.
________
Lepas Tarawih, Android ku berdering oleh panggilan Bella yang tertera di layar. Ku angkat dgn menyapa nya lebih dulu di ujung telpon.
"Hallo, Ngapo Bell?"
"Hallo jugo Damar, Dak katek nak nelpon be. dak boleh apo?"
"Oh, kiroi nak ngajak jalan. hehe".
"Jadilah tadi la jalan, dak capek apo dari jam empat nyampe maghrib nengok rai aku teros".
"Setiap hari lah man samo kau, aku dak pernah capek, apo lagi natap wajah kau Bell". Godaku
"Ay bebenar bae Mar, agek Molot bae yang ngomong tu, ati idak". Sambutnya
"Man kendak ati, man pacak kau tu jadi punyo aku" Ups keceplosan.
Aku memang sudah lama memendam rasa pada Bella, tapi karena ia tak pernah peka terhadap rasa ku, maka ku simpan rasaku untuknya. Aku ingin selalu terlihat sempurna di depannya, memeberikan yang terbaik saat bersamanya, membahagiakan dia dengan segala kemampuan yang ku punya. Entahlah, mungkin salahku mengartikan kebaikannya yang telah menjadi sahabatku sejak tiga tahun terakhir, atau hanya akunya saja yang mudah Baper.
"Maksud nyo??" ia Penasaran
"Salah omong tadi tu, Maksudnyo man pacak kito beduo nih sahabatan teros selamo2nyo". Aku berkilah
"Ah, man itu la jelas lah." singkat nya
"Jadi nak ngapoi nelpon ni?" Tanya ku sambil mengalihkan pembicaraan
"Nak Cerito, Tentang Vieri!!" ia menegaskan
"Oh, payo ceritolah, kiroi aku apo".
Dalam hati mulai muncul pertanyaan pertanyaan, khawatir menghampiri bagai di tiup angin dengan derasnya dan terseret oleh gelombang yang membuat kapal terombang ambing.
"Sebenarnyo, Aku dengan Vieri tuh la lamo kenal. Dio tuh kawan SMP aku dulu, malah kami sempat pacaran. Dan asal kau tau be Mar yo, dio tuh Pacar petamo aku. hahaha laju lucu aku ngingat maso-maso itu". Ia menjelaskan
Bella tertawa lepas sedang aku hanya senyum senyum tidak jelas, "benar dugaanku semula" hati ku bergumam. Lalu ku lanjutkan obrolan di telpon itu menanyakan hubungan nya dengan Vieri saat ini.
"Oh, jadi cak itu ceritonyo. baguslah, wajar kau cepat nian akrab samo dio. Jadi kalian beduo tuh masih ngejalin hubungan atau komunikasi sampe sekarang?" Dengan tegar.
"Dak lagi Mar, la lamo aku dak ngejalin komunikasi samo dio. ini be la lamo nian dak betemu, betemu lagi pas samo kau kemaren tula". Lanjutnya
"Terus, Masih ado raso kau samo dio?" tanyaku penasaran
"Masih dak yo, kalu masih ngapo kalu idak ngapo nah?" ia balik bertanya atas pertanyaanku
Dalam hati, ingin sekali ku bilang padanya bahwa jika masih ada rasa dengannya maka ada orang yang kau sakiti secara diam diam dan ketahuilah bahwa aku telah memilih mu untuk menjadi wanita yang ku puja meski dalam diam dan entah kapan akan terungkapkan.
"Yo kalu masih baguslah, ngapo dak dilanjuti lagi, kan bagus meneruskan hubungan yang sempat terpisah apolagi cinta pertamo pulo". Aku jawab dengan santai seolah tanpa beban.
"Ai entahlah Mar, sekarang nih nak fokus be dulu samo kuliahan. Man jodoh dak kemano". Ia menanggapi
"Yo lah man cak itu, oh iyo jangan lupo tugas kemaren tu di kirim langsung via email bae kato pak Rahmad". ku alihkan pembicaran
"La dem, pas nelpon kau, aku baru be dem ngerem tugas ke pak Rahmad".
"Oh, baguslah. Dem dulu aku nak ngelanjuti nonton One Peace". Aku akhiri pembicaraan via telpon malam itu.
"Ok, Lanjut". Tutupnya
Ternyata, Aku adalah orang yang di antara Kalian nya D' Masive.
"Ku akui ku sangat sangat menyayangi mu tapi ku sadar kini ku diantara kalian. aku tak mengerti ini semua harus terjadi". Gumam ku dalam hati.
tiba tiba terdengar musik yang kebetulan yg sedang terputar lagu Almarhum Chrisye dan pas tepat pada reffrennya.
lirik....
"Ku tahu ku tak akan bisa menjadi seperti yang engkau minta namun selama nafas berhembus aku kan mencoba, menjadi seperti yang kau minta".
Akhirnya aku tertidur dan menutup malam itu dengan sebuah pertanyaan, Apakah kisah ini akan menjadi kisah yang berujung menyakitkan????
Komentar
Posting Komentar