LPRS 10

    Denting jam berbunyi tujuh kali, aku masih duduk santai di beranda rumah dengan smartphone yang selalu setia menemani setiap aktivitasku, sedang sibuk aku berselancar di dunia maya, April menghampiri lalu mengambil tempat duduk tetap di sebelahku. Aku tahu April pasti sedang butuh sesuatu dariku atau ingin meminta bantuan entah itu apa yang jelas begitulah ia bersikap padaku dengan bujuk rayu yang tentu sudah kuhafal maksudnya.

    Dengan suara manja ia memulai. . .

"Kak Damar, lagi apo?" lalu duduk dan meneruskan "Dak keluar apo, biasonyo malam minggu nih jalan terus samo Yuk Bella atau Yuk Wulan!"

    Dengan nada menuduh kubalas sapanya, "Hm. . . pasti ado sesuatu, apo be nih?" tak ku hiraukan dan masih terpaku pada layar smartphone.

"Isttt. . . Kakak nih, selalu be nuduh April cak itu, Su'udzon nian huh. .." Keluhnya dengan wajah lesu "dem ah, padahal tadi April nak nanyo." sambil melangkahkan kaki masuk kedalam rumah.

    Aku selalu senang melihat April adikku ngambek, dan ada kebahagiaan tersendiri sebagai seorang kakak dan itu bagiku wajar dan harus ada dalam drama kakak-beradik.

Ku tahan April dengan menggenggam tangannya "Adek kak Damar nih elok nian perangai kalo ngambek," lalu bujuk "ayo nak nanyo apo tanyolah, agek kakak ajak nongkrong ke kompi samo rombongan yuk Bella dan Wulan."

Wajahnya langsung berubah seketika "Serius kak?" April kembali duduk dan melanjutkan "Kak, menurut kakak tujuan hidup itu apo sih?"

Sebelum ku jawab, aku balik bertanya pada April. "Tumben bagus pertanyaannyo dek, menurut April tujuan hidup itu penting dak sih?"

"Nah, ngapo laju nanyo balek nih!!" dengan wajah heran dan kembali bertanya. "Itu lah kak, sebenarnyo April tuh masih lom tau apo sih tujuan April hidup nih, dan April yakin bahwa Tuhan dak pernah sia-sia menciptakan sesuatu termasuk menciptakan April."

    Lalu aku coba menjelaskan secara perlahan agar April tak kebingungan dengan jawabanku. "Jadi, kito harus pacak membedakan Apo itu tujuan hidup dan hidup itu untuk apo sih. Untuk nemuin tujuan hidup itu mudah, cukup lakukan apo yang membuat April senang dan lepas dari segalo masalah yang ado, artinyo kito hanya perlu Bahagia. Dan bahagia dak biso kito cari dan dak biso jugo kito tunggu tapi Bahagia itu kito yang ciptakan, dan salah satu caronyo bersyukur atas kehidupan yang telah tuhan kasih ke kito." Ku hentikan sejenak untuk memastikan April memahami apa yang aku jelaskan

"Terus, kalo Hidup tujuannyo untuk apo kak?" Dengan wajah Antusias

    Lalu ku melanjutkan dengan menjawab pertanyaan kedua "Nah, Di Al-Quran Allah berfirman di dalam salah satu surah : Tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaku (Kata Alla). Artinyo, kito hidup ini tujuannyo yo untuk selalu mentaati Allah dan berbuat baik dengan sesamo dengan cara bermanfaat untuk wong banyak salah satunyo berbagi, Entah itu berbagi Ilmu, pengetahuan dan lain sebaginyo. Dan itulah Esensi hidup dan tujuannyo." Tutupku sambil tersenyum dan memperhatikan April yang mengangguk-anggukkan kepala.

    Di pelataran, Mobil Wulan terparkir tepat beberapa saat setelah diskusi antara aku dan April. April masih mencerna penjelasan yang ku uraikan secara perlahan, sedang sang pemilik mobil keluar dan mendekat pada kami melepaskan senyum manisnya.

"Haiii," ia menyapa kami sambil mendekat "Tumben Akur, biasonyo cak Kucing samo tikus." Wulan melepaskan tawa kecil melihat aku dan April yang sedang duduk.

"Iyo, Lan. Soalnyo tikusnyo lagi pengen di manja samo kucing, jadi terlihat akrab." Sambutku sambil merangkul bahu April yang sedang bersandar di pundakku.

"Sesekali boleh dong manja samo kakak dewek, mumpung lom sold out!" Menyeringai  

"Ha ha . . . " Tawa Wulan terlepas, dan melanjutkan "Iyo bener itu dek, kalo la laku gek susah nak cak sekarang." Wulan membela April

"Oh, Jadi maksudnyo aku nih dak laku-laku cak itu Lan." dan menatap jengkel pada April dengan ucapan yang sama.

"Ih, siapo ngomong dak laku-laku, padahal Adek cuma ngomong sekali lakunyo tuh dak duo kali." April langsung melepaskan sandaran dan berlari ke dalam sembari tertawa puas.

Ku pekik dari luar dengan mengancam "Malam ini dak jadi kakak ajak nongkrong ke kompi yo!!!"

    April tak menghiraukan, Wulan yang telah duduk mengambil alih tempat April senyum-senyum melihat tingkahku dan April yang konyol itu. Wangi aroma Vanilla semerbak menguasai suasana, dan itu berasal dari Wulan yang selalu memakai parfum Hypnotic Poison yang biasa ia pakai.

    Wulan segera mengajakku menuju kedai kopi Si Aji, aku memerlukan waktu sekitar lima menit untuk mempersiapkan diri. Baru selangkah aku meninggalkan kursi menuju kamarku, April telah kembali dengan penampilan berbeda.

"Kak Damar, April la siap!!" Dengan busana serba Biru Navy

"Au ah Gelaaap." dengan jengkel aku meneruskan langkah menuju kamar

"Cantiknye. . . ." Wulan Memuji April

"Iya Dong, April gitu loh!" Sambil melirik dengan angkuh pada ku




    Malam minggu, selalu menjadi malam paling di tunggu bagi mereka (Para pemuda) yang sedang di landa rindu lewati temaram bersama pujaan hati merenda syahdu di ujung temu tapi, bisa jadi malam kelabu bagi para jombloers, dan biasanya mereka selalu berdoa agar malam minggu di guyur hujan sehingga "Impas" lah keadaan.

    Kompi masih menjadi tempat favoritku dan teman - teman untuk menuangkan ide ataupun hanya sekedar menghabiskan malam dengan secangkir kopi mempererat tali persahabatan dan kebersamaan. Bukan karena Aji sang pemilik kedai sebagai sahabat, tapi memang suasana malam di kompi selalu menawarkan sensasi berbeda dari tempat lain, membuat siapa saja akan merindukan kehangatan nuansa malam di pelataran kedai kopi si Aji.

    Kulihat Semua sahabat telah berkumpul dengan kesibukannya masing-masing, sembari menunggu diskusi yang telah Aku dan Bella rencanakan. Aku Wulan dan April segera merapat untuk mengambil posisi di antara para sahabat, ikut melebur dalam obrolan kecil mereka yang sedang menunggu diskusi formal di mulai. Tak kulihat sosok Bella diantara sahabat-sahabat yang datang, entah mengapa kali ini ia terlambat datang padahal biasanya Bella selalu on time.

    Kopi yang biasa ku pesan hampir habis di seruput, sudah tiga puluh menit aku dan teman-teman menunggu, dan akhirnya Bella datang bersama temannya yang tak ku kenal dan nampaknya baru kali ini aku melihatnya. Sesampainya, Bella langsung meminta maaf atas keterlambatannya dan memperkenalkan temannya pada kami. . .

"Hai. . . Sorry man teman, la buat kalian nunggu agak lamo," Sambil melambaikan tangan dan meneruskan "Oh iyo, ini kenali kawan aku . . . ." menunjuk pada teman yang membersamainya

"Hai. . . ." Sahutku dan teman yang lain bersamaan.

"Hallo. . . " sambil melambaikan tangan lalu memperkenalkan namanya "Kadita, kak." mengulurkan tangan padaku dan teman-teman lainnya.

"Kebetulan Dita nih baru be selesai kuliah man teman, nah biar ilmunyo cepat bermanfaat aku ajak kesini dan ngasih ide dalam diskusi kito." Bella lanjutkan perkenalan Dita pada kami


    Diskusi dimulai, Aku mengambil peran sebagai moderator dan Bella sebagai pemantik diskusi. Diawal telah di jelaskan maksud dan tujuan dari diskusi tersebut, dan atas persetujuan forum maka purnalah ide Bella untuk menjadi komunitas, ya, Peduli literasi bagi anak yang kurang beruntung yang di beri nama "Pelita". Bella sendiri yang ditunjuk oleh forum sebagai Ketua sedang aku dipercaya sebagai Sekretaris, Aji, Wulan, Dita, Vieri dan teman-teman lainnya berada dalam struktur yang akan membidangi tugasnya masing - masing. Usai diskusi, kami kembali dalam nuansa kehangatan yang tercipta malam itu, kesibukan antara teman satu dengan yang lainnya kembali terjadi entah itu sibuk dengan gadgetnya maupun bersenda gurau dalam riuh suasana.

    Aku, April, Wulan, Bella, Vieri dan Dita juga sibuk dengan diskusi kecil kami. Vieri yang hanya tinggal sehari lagi berada di kota lubuk linggau pamit pada kami sebelum keberangkatannya ke Australia demi melanjutkan pendidikan yang telah ia jalani selama hampir empat tahun belakangan ini, sedang Dita bercerita tentang dirinya dan pengalaman selama ia masa kuliahnya di Jakarta.

"Oh iyo, man teman" ia memulai dengan nada serius lalu berpamitan "besok Senin aku akan balek lagi ke Ausi, sebenarnyo aku kamaren sudah mutuskan kalo aku nak berhenti kuliah di Ausi tapi, berhubung satu dan beberapo hal yang mengharuskan aku tetap melanjutkan Kuliah aku. Tetap bekabar meskipun kito jauh, dan aku akan selalu aktif di grup untuk nyumbangkan ide-ide yang aku punyo selamo di sano." Tutupnya dengan tegar

"Oh, jadi Kak Vieri nih kuliahnyo di Ausi yo?" dengan wajah antusias dan berdecak kagum April melanjutkan "Keren nian Kak, April jugo punyo cito-cito nak kuliah di sano jugo loh kak kalo dem lulus SMA gek!!"

"Nah bagus itu, belajarlah yang rajin biar biso ngambek beasiswa di sano." Vieri menimpali

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LPRS 12

LPRS 1

Semi;Colon