LPRS 6
Libur lebaran hampir usai, itu berarti sebentar lagi hari kerja akan kembali dimulai sama halnya denganku yang sebentar lagi akan menjalani kesibukan seperti biasanya (Kuliah). Vieri dan Wulan hanya tinggal beberapa hari lagi ada di kota kecil ini sebelum ia kembali ke habitanya masing-masing, Vieri Ke Australia dan Wulan ke Bandung.
Sebelum mereka berangkat, kami telah membuat janji dari jauh-jauh hari untuk mendaki Gunung Kaba bersama, Gunung yang ada di Kabupaten Rejang Lebong yang berjarak sekitar tiga jaman dari kota Lubuk Linggau. Beberapa hari sebelum berangkat, kami prepare barang-barang yang akan di bawa ke puncak gunung. Aji ikut serta dalam perjalanan kami mendaki gunung sebagai Tour Guide, sebab selain memiliki jiwa pengusaha, Aji seorang petualang yang lumayan handal apalagi soal mendaki gunung. Aji memiliki semua peralatan pendakian sehingga kami tak repot lagi dalam mencari peralatan penting saat mendaki.
Akhirnya Weekend kedua setelah Lebaran kami berangkat menuju gunung Kaba dengan Mobil Bella dan Wulan. Bella Vieri dan Aji di satu mobil yang sama sedangkan Aku Wulan dan lagi-lagi si tukang usil April mengendarai mobil Wulan. Waktu tiga jam hampir tak terasa oleh indahnya pemandangan yang tersaji di sepanjang perjalanan, di kanan dan kiri terhampar luas tanaman hijau yang menyejukkan mata mulai dari sayur-mayur, kopi dan kebun teh di lereng perbukitan. Di mobil Wulan yang duduk di sebelahku yang sedang mengendarai mobil mengajakku berbincang agar perjalanan tak membosankan meskipun sejauh mata memandang hijau begitu luas membentang.
"Mar, Boleh nanyo dak?" Wulan memulai
"Boleh gak ya!!" Si Usil langsung menyahut dari belakang.
"Sejak kapan kau minta izin dulu kalo nak nanyo sesuatu ke kau Lan?" Aku balik bertanya dan tak menggubris April yang baru saja memotong pembicaraan.
"Soalnyo penting pertanyoan aku nih". Sambungnya
"Iyo apo emangnyo yang nak kau tanyo?" Desakku
"Ciyus? nanti kamu marah". kembali April dengan usil memotong pembicaraan
"Kebiasan adek tuh, galak usil dengan gawean wong" aku mengingatkan
Lalu Wulan menanyakan tentang perasaanku terhadap Bella, dan itu membuatku sedikit kaget dengan pertanyaan yang tiba-tiba dan entah apa pasalnya.
"Jujur bae, Kau ado raso kan samo si Bella?" ia kembali bertanya
"Apo? aku ado raso samo Bella? ah nganar nian pertanyoan kau ni Lan". Sambutku dengan nada meyakinkan
"Ah, dak usah nak bohong. Aku nih kenal kau dari kecik, jadi aku tau kalo sahabat aku lagi ado sesuatu". Ia melanjutkan
"Ah, kau kan emang sotoy dari dulu. Apo lagi ngepoi, hm...." Aku coba membela diri
"Dem lah, Ngapo dak galak nian jujur samo aku. kalo be aku biso ngebantu". Tawarnya agar aku mengaku
"Bella tu samo bae cak kau, Lan. Sahabat dan dak lebih". Kembali ku coba jelaskan
"Tapi, dari caro dan tingkah kau nengok dio samo Vieri, caknyo kau cemburu". Ia kembali memancing agar aku mengakui
"Ah, la cak dukun bae kau nih, Lan. Pacak nerawang isi hati wong". Sambil tertawa agar biar terlihat meyakinkan
"Yo, dem man dak galak ngasih tau. Pendam lah dewek raso itu, dan kasih tau be kalo lagi butuh kawan curhat". Ia menutup percakapan dengan wajah sedikit meledek
Puncak gunung telah terlihat di kejauhan, dan perjalanan akan segera sampai pada tujuannya. Hanya butuh sepuluh menit menuju pos pertama di kaki gunung dari simpang penunjuk arah jalan. Hanya kendaraan yang kami titipkan di pos pertama, selebihnya semua barang kami bawa dalam perjalanan di kaki gunung
__________
Gunung Kaba mulanya merupakan salah satu lokasi cagar alam untuk perlindungan Bunga Rafflesia. Namun, Seiring perubahan iklim dan keadaan lokasi sekitaran Gunung Kaba tak lagi dapat diandalkan sebagai tujuan awal dibuat, yakni untuk taman lindung flora dan fauna sumatra, segingga dari status kawasan menjadi taman wisata alam.
Gunung dengan ketinggian 6.358 kaki atau 1.937 mdpl ini memiliki dua kawah yang berwarna hijau dan putih kecoklatan di dua puncak yang berbeda. Selain menyuguhkan pemandangan yang eksotis, Gunung ini pada tahun 1999 Taman Wisata Alam Gunung Kaba juga menjadi kawasan IBA (Importan Bird Area) / area penting bagi burung.
Terdapat dua jalur tempuh untuk mencapai puncak. Jalur pertama menyuguhkan pemandangan hutan lebat dan semak belukar dengan jurang dikanan kirinya, sedang jalur lainnya merupakan jalur Aspal yang memang dibuat agar menarik para wisata yang ingin merasakan petualang mendaki namun dengan jalur yang Aman dan nyaman.
Kami memutuskan untuk Mendaki melalui Jalur kedua dan saat turun akan mencoba jalur pertama. Sebab diantara kami hanya Aji yang telah berpengalaman mendaki gunung, selebihnya pendakian itu adalah pengalaman pertama bagi kami. Memang perbedaan waktu antara jalur satu dan dua memiliki selisih satu jam, tapi untuk para pemula seperti kami direkomendasikan untuk memilih jalur kedua.
Hari Weekend para pendaki cukup ramai, kami mendaki bersama para pendaki lain. Sekitar jam dua siang kami mulai mendaki dan sampai di puncak hampir jam enam, sepanjang pendakian kami bercengkrama dan berbaur dengan para pendaki lain. Butuh lima kali beristirahat untuk sampai kepuncak, maklum kami para pemula tak begitu memaksakan diri dan tak ingin mengambil resiko. Alon Alon asal kelakon dan pribahasa jawa itu kami terapkan dengan sebaik-baiknya. April menjadi manusia yang paling bawel saat pendakian, sebab sepanjang perjalan ia selalu menggerutu dan menyesal ikut serta dalam pendakian.
"Kak, istirahat dulu. pegal galo kaki aku nah." Ia merengek meminta kami menghentikan sejanak perjalanan
"Mangkonyo, laen kali dak usah ikut man cuma nak ngerepoti wong. Neman lom nyampe 100 meter la nak istirahat lagi". Ku jawab Dengan nada jengkel
"Nyesal nian aku ikut man cak ini, lemak di rumah be man tau cak ini". Gerutu April untuk kesekian kalinya
"Dem dak usah bawel, siapo suruh ikut ngedaki. La kakak omong dak usah ikut, masih nak ikut". Dengan nada kesal
"Bentar lagi nyampe kito nih dek, sekitar setengah jam lagi puncak. Semangat!!" Aji mencoba menyemangati April
"Katonyo April la besak, yang hobi ngelu itu budal kecik. Di puncak gek keren nian view buat foto-foto, apo lagi untuk ngevlog, pasti banyak yang iri kawan April gek nengok vlog di puncak gunung!!" Wulan ikut menyemangati April
"Damar nih bukannyo di kasih semangat malah di marah, wong tu cak Kak Aji samo Yuk Wulan nih nah jadi April semangat. Yo kan dek?". Bella Membela April dan ikut menyemangati April
"Hm, Dasar be anak manja. Minta di perhatiin teros". Sambil membuang muka
Kami kembali melanjutkan perjalanan, dan Akhirnya tibalah Di puncak Gunung Kaba.
Dipuncak, Aji Aku dan Vieri bertugas memasang tenda sedangkan Bella Wulan dan April membuatkan kopi dan memasak untuk persiapan makan malam. Setelah itu, kami menyaksikan Sunset yang selalu menjadi salah satu tujuan para pendaki gunung. Ku lihat di ufuk barat matahari perlahan tenggelam dalam peraduan, dan ku nikmati setiap momennya tanpan terlewatkan sedikitpun. Kami berlima merangkul bahu satu sama lain dan membuat suasana begitu harmonis, saat itu aku hanyut dalam makna sebuah pershabatan, jiwaku seakan menyatu dengan alam dan lebur dalam indahnya kebersamaan yang akan sulit terulang. Tak ada lagi rasa cemburu, curiga atau apapun yang pernah menghampiri, yang ada hanyalah rasa bahagia yang tiada tara. Sebelum matahari menghilang dengan sempurna, terucap janji diantara Aku dan empat sahabatku "Apapun yang terjadi, Kita akan abadi sebagai sahabat sejati". Lalu di akhiri dengan pelukan hangat yang menambah syahdunya sore dipuncak gunung itu.
Malam suhu udara semakin dingin di iringi semilir angin yang berhembus agak kencang, SB yang ku pakai tak juga mampu menghalau rasa dingin yang menusuk. Kopi telah habis dua gelas, rokok entah sudah berapa batang telah sirna, hanya api yang menyala sedari tadi mampu sedikit mengurangi rasa dingin. Vieri mulai beraksi dengan Gitar yang ia bawa dari rumah, kami mengelilingi api dan bernyanyi bersama dan lagu kemesraannya Iwan Fals menjadi lagu paling romantis yang mengiringi momen-momen kebersamaan seperti ini. "Kemesraan ini janganlah cepat berlalu kemesraan ini inginku kenang selalu, hatiku damai jiwaku tentram bersammu hatiku damai jiwaku tentram disampingmu" begitulah bunyi liriknya.
Akhirnya, lagu itu menjadi penutup kebersamaan malam kami bersama Api yang perlahan padam, kami dan pendaki lainnya kembali ke tenda masing-masing. Tak lupa sebelum tidur aku berucap syukur dalam hati atas kebahagian dan keindahan yang tiada tandingannya, lalu kututup dengan mengucapkan "Selamat malam semesta jangan berhenti memberikan surga lewat lukisan lukisan indahmu".
Pagi-pagi sekitar jam enam, Aku di kagetkan dengan suara April dan Wulan yang memanggil dari luar tenda. Aku langsung bergegas keluar dan melihat apa yang terjadi sehingga kedua Wanita ini khawatir sejadi-jadinya.
"Ngapo Lan, pagi-pagi la heboh nih". Aku berusaha mencari tau apa yang terjadi
"Bella, Mar!!" Paniknya makin menjadi
"Iyo, ado apo dengan Bella?" Tanyaku penasaran
"Yuk Bella, Kak....." April menimpali
April belum selesai menjelaskan aku langsung masuk ke tenda Mereka dan melihat Bella dengan wajah pusat pasih dan mulai tidak sadarkan diri, aku mencoba berkomunikasi pada Bella menanyakan apa yang sedang ia rasa. Tetapi ku lihat nafasnya sesak dan mungkin karena oksigannya menurun, dalam keadaan panik aku berusaha mencari penyebab dan penyakit apa yang sedang di derita olehnya. Sementara Wulan dan April mencari bantuan, Vieri dan Aji menyusul masuk kedalam tenda melihat keadaan Bella. Wajah Bella semakin pucat dan nafasnya sakin sesak, dan tiba-tiba aku teringat bahwa Bella pernah bercerita tentang gejala penyakit asma yang alami. Berhubung kondisi Bella semakin parah maka aku putuskan untuk memberikan oksigen bantuan melalui nafas buatan, empat kali percobaan dan akhirnya masalah teratasi.
Wulan perlahan sadar dan kembali dalam keadaan normal, Kamipun lega. Saat kulihat Bella sudah mampu di ajak komunikasi, aku memulai pembicaraan dan segera meminta maaf pada Bella karena telah lancang.
"Alhamdulillah, akhirnyo sadar jugo kau Bell". Ucapku lega
"Iyo Mar, Entah ngapo tiba-tiba tadi nafasku teraso sesak rasonyo susah nian narek nafas". Sahutnya masih dalam keadaan lemah
"Aku minta maaf kareno la lancang, dak katek maksud apo-apo tadi tu. Sumpah, dak katek maksud nak Aji Mumpung Bell". Aku mencoba mebjelaskan
"Ah, cak wong laen bae kau nih, Mar. Malahan aku yang terimo kasih samo kau, hutang nyawo aku samo kau nih". Iya berusaha memaklumi
"Baguslah man caktu, yo dem istirahatlah dulu jangan lupo minum air panas biar suhu tubuh kau normal lagi". Tutupku
Kejadian itu sungguh diluar dugaan, dan rencana untuk menghabiskan weekend kami gagalkan mengingat keadaan Bella yang menghawatirkan. Setelah Bella siuman, kami putuskan untuk turun dan menggagalkan semua rencana yang telah kami buat sebelumnya. Kami pulang dengan jalur yang sama dan tidak ingin mengambil resiko karena keadaan Bella. Tengah hari, kami telah berada di kaki bukit dan dilanjutkan perjalan pulang dengan pengalam yang tak terlupakan dan sedikit mendebarkan.
Komentar
Posting Komentar