LPRS 12
Hujan malam ini membawaku lena pada kisah yang diceritakan Wulan tadi sore. Bukan apa-apa, bagiku meskipun hanya sebuah novel, Abdi Laraku tak mungkin pure hasil imajinasi oleh sang penulisnya, terlebih kisah yang begitu menyentuh padahal, aku belum pernah membacanya tapi seakan kisah itu bisa membuat seolah-olah aku sudah tak asing mendengarkannya. Aku masih penasaran dengan Wira, kalau memang ia benar-benar sosok yang nyata, apakah masih ada orang-orang yang rela mengabdikan rasa hanya pada satu cinta? atau apakah itu yang biasa orang sebut dengan kesejatian cinta? Ah, aku hanya terbawa suasana saja di tambah lagi aroma hujan yang selalu menghadirkan keadaan melankolis. Akhirnya suara pintu kamarku menyadarkan lamun yang sedari tadi mengajakku berdiskusi. Pekik suara April yang menjengkelkan membuatku beranjak dari tempat tidurku. "Kak, Kak Damaaaar. Ayo makan, hari ini April yang masak buat makan malam". "Iyo, iyo. Otw. . ." Sahutku...